Thursday, July 16, 2009

Betapa berapinya semangat Garuda!

Kiriman emel daripada sahabatku, Riznal.

just to share with you guys an article by my online friend from jakarta, who shares a mutual passion on jersey collecting and asean football.

this is because this Saturday we will see MU v Malaysia where sadly, if the game in 2001 if any example and with the prevailing attitude towards Malaysian football, will see more Malaysian United fans than Malaysian fans who actually support Malaysia (save for a few and the ultras from Harimau Malaya who will be seating behind the curva).

yes, there is nothing wrong with supporting your club team. but when it comes to club versus country, there should be undivided loyalty. fans pun have to do their part. setakat kutuk and take no action everyone boleh buat, thats why sampai bilaaaaaa pun suka bolasepak malaysia takkan maju.

good luck understanding colloquial Indonesian!

some notes on the words used (that I know!)

berjibaku = something like working your ass off
Timnas = Tim Nasional a.k.a Indonesian National Team
kostum = costume usually used to refer to uniform
kostum merah putih = Timnas football uniform - home colours is red and white
garuda yang gagah bertahta di dada setiap penggawa timnas = the Timnas football jersey have the garuda patch on the left chest - which is why their main chant for sports is garuda didadaku
ini kandang kita = this is our home because Indonesians often refer home and away to kandang and tandang. Ini Kandang Kita is a popular slogan for the Timnas
Gelora Bung Karno = Gelanggang Olahraga Bung Karno - main football stadium in Jakarta
Garuda DiDadaku = is also a recent Indonesian film earning rave reviews - about an 11 year old boy passionate about playing for Timnas U-12
yel - yel = chants, very common at Indonesian football matches


Suatu sore, (hampir) setahun kemarin.

Timnas Indonesia berjibaku melawan Bayern Muenchen. Benarkah berjibaku? Tepatnya hanya (seperti) seadanya meladeni sebagai tuan rumah. Indonesia kalah telak dari FC Hollywood yang nggak hollywood-hollywood amat. Waktu itu Muenchen hanya membawa Oliver Kahn, Ze Roberto, Mark Van Bommel dan Daniel van Buyten.

Entah karena terlalu menjiwai sebagai tuan rumah yang baik, Indonesia menyerah 1-5. Bintang pertandingan ini Jan Schlaudraff, pencetak hattrick.
Sapa tuh?
Saya tak akan menyalahkan Anda, para suporter setia timnas, kalau tak mengenal bintang muda Muenchen. Apalagi dengan 2 pengemas gol berikutnya: Breno Virginius dan Toni Kroos. Weh..

Bukan hasil yang dicari, tapi akhir pertandingan yang dinanti. Apakah benar? Bisa jadi. Kesempatan amat langka terpilih sebagai pemain untuk 'melayani' klub besar yang telah menjuarai Bundesliga 21 kali. Pikiran nakal bermain. Jangan-jangan penentuannya adalah berebut bertukar kostum. Memorabilia langka yang pasti gagah terpajang di sudut terelit kediaman masing-masing punggawa timnas. Itu yang jadi tujuan tersembunyi di dada tiap pemain.
Semoga pikiran nakal saya salah total.

Semisal benar adalah sungguh mengenaskan. Karena yang seharusnya mereka sandang dan jiwai adalah garuda yang gagah bertahta di dada tiap punggawa timnas. Kalah postur, defisit tingkatan skill plus minim berlaga melawan para raksasa, bukan halangan besar untuk bertarung sampai batas penghabisan.

Ingatlah kostum merah-putih yang selalu dikenakan. Ciumlah garuda ketika mengingat segala kekurangan. Niscaya, sebuah spirit akan terbit dan energi yang melejit akan membuat Muenchen lari terbirit-birit. Kalau mereka benar membela sang garuda hingga titik kemampuan terakhir, bukan hasil 1-5 yang terpampang di papan skor. Tapi, sebaliknya. Saya yakin itu!

Jangan mengingat posisi sebagai tuan rumah yang baik, maka kita harus demikian mudah mengalah pada tiap tamu. Ini kandang kita, Bung! Dan lapangan hijau Gelora Bung Karno adalah padang pertempuran yang harus kita menangkan. Apapun alasannya. Tidak bisa tidak.
Maaf kalau saya terlalu berapi-api menulis ini. Bisa jadi karena terbakar semangat sepotong musik latar film Garuda di Dadaku yang dikirim seorang kawan. Lagu yang akan selalu melesatkan semangat patriotik tiada banding di nadi para suporter setia timnas seperti saya ini.

Saya mengaku kepada kawan saya tadi. Bahwa menyanyikan lagu ini beramai-ramai dan kompak berbarengan tanpa dikomando di Gelora Bung Karno, akan menggerilya perasaan 'aneh' jika benar dihayati. Terus terang saya tak pernah selesai menyanyikan yel-yel pendek ini. Saya hanya mampu menyanyikannya di bait pertama dan selanjutnya mulut saya langsung terkunci. Kobaran semangat yang liar menyala dan tak akan pernah padam, seketika diselubungi rasa haru yang mendalam.

Perasaan yang sama --bahkan lebih hebat-- juga timbul ketika menyanyikan Indonesia Raya. Saya tak pernah memaksa menyelesaikan lagu kebangsaan kita. Diam, memejamkan mata sembari menghayati segala yang merasuki adalah jalan terbaik kalau tak ingin pecah tangis tanpa kendali.

Empati ini yang seharusnya dimiliki tiap punggawa yang terpilih membela garuda di dada masig-masing. Empati yang sama --saya pikir-- juga merasuki masing-masing personel Garuda di Dadaku. Sepotong adegan adalah metafora bagi seseorang di balik layar, yang mencitrakan gejolak keinginan diri yang bersandungan dengan ambisi orang-orang tercinta. Keputusan penting yang akan jadi pertaruhan terbesar dalam hidupnya.
Saya tak tahu adegan mana itu karena saya akui saya memang belum melihat film ini. Tapi, melalui seorang kawan yang (terlalu) mengenal satu pribadi di balik layar, fakta ini bisa muncul ke permukaan. Bahwa ia juga berjanji mengibarkan panji merah-putih dalam tiap karyanya.

Kawan tadi selanjutnya mengeluarkan wanti-wanti setengah rahasia. "Jangan pernah menyepelekan Garuda di Dadaku," bilangnya. Film ini memang untuk konsumsi anak-anak. Tapi, orang dewasa yang (tak sengaja) menonton, akan minimal sekali menangis. Paling tidak, kebat-kebit menahan rasa haru yang menyeruak. Entah kenapa.

Perasaan yang tak bisa diungkap kata-kata ini sangat mungkin sama ketika kita menyaksikan timnas Indonesia bertarung secara langsung di lapangan. Bukan lewat layar kaca.

Isaplah tiap udara patriotik di atmosfer Gelora Bung Karno dan jangan lawan semangat nasionalis dengan tingkah laku yang tak perlu. Diam. Biarkan yel-yel ini merasuki nadi dan mengobarkan spirit yang sudah lama hilang dari bumi ini. Sensasi yang tak bisa dibayangkan sebelumnya.

Tapi, apakah semuanya menjalar hingga ke dada tiap aktor terpilih di lapangan hijau? Semoga. Saya sangat berharap semuanya merasakan apa yang para suporter setia timnas rasakan.

Jadi, jangan mentang-mentang Manchester United yang datang ke Senayan dalam beberapa hari ke depan, maka Anda punya kewajiban menyuguhi mereka dengan kemenangan dan (lagi-lagi) bait kekalahan bagi kami sebagai pemain ke-12 timnas. Jangan!

Lupakan sejenak keinginan untuk bertukar kostum dengan seragam MU yang beken itu. Terlalu rendah kalau beranggapan bahwa kostum bertahtakan garuda lebih rendah kastanya ketimbang seragam asli Setan Merah.

Adalah sebuah kebanggaan bagi kami --suporter timnas-- bukan Anda yang mengangsurkan kostum pada pemain MU, tapi Wayne Rooney cs-lah yang datang menyatakan keinginannya bertukar seragam. Karena baju zirah merah putih yang Anda sekalian sandang, memang lebih keren dari yang mereka punya.

Hati kami makin berbunga kalau para pesepakbola Manchester itu mengungkapkan hal yang selama ini kami rindukan.
"Anda hebat dan kami bangga kalah dari Anda, timnas Indonesia!"

Kalau sudah begitu, ciumlah sekali lagi tahta garuda di dada Anda sembari ikhlas memberikannya pada pemain MU sebagai cenderamata yang tak akan pernah ternilai harganya.



GARUDA BUKAN ALAT BARTER..!!!
camkan itu para punggawa Timnas

*darah terlanjur Merah Putih

10 comments:

Hakim Amir said...

awesome piece!!! semangat aku terbakar bila baca artikel ni ...

just bought my RM58 tickets for the match with my intention intact : to cheer for our own 'TimNas', the Tigers!! will definitely be there behind goalpost (which one ya?) with the Harimau Ultras!!!

my colours are yellow & black. not red

uknowmela! said...

pergh...power beb! gua pun "terbakar"baca artikel tu....tapi player malaysia ada baca ke? still remember 2001, right after the final whistle, malaysian captain ran straight away to beckham to change jersey? what kind of attitude like that bro...? 2009, kita tengok pulak player mana yang buat perangai bodoh macam tu sabtu ni........go malaysia!

Tiada tiket said...

Penonton Malaysia memang diajar supaya menyokong pasukan kelab mereka dan memaki hamun timnas.
Contohnya, masa MyTeam lawan timnas kita. Sapa yang mereka sokong?

sukasukan said...

Salam.
Malaysia vs Man U...its just an exhibition game. Promoter buat duit, Man U buat kerja penjenamaan, peminat dpt tgk n kejar autograf players, but the question is, apa pemain Malaysia dpt n kejar in this game.

If they just want kostum Setan Merah tu after the match, baik tak yah main (boleh beli kat al-ikhsan RM259). Tapi i think that is the case 4 most of our players. Apa ada pada baju belang rimau Malaysia cos i caya, bila player kita sarung pun, mrk tak ada rasa kelainan apa-apa pun. Things get worst cos dia org main pun bila pakai jersi tu, macam siot.

But i hope players kita prove me wrong. How i wish players kita akan bagi malu kat Man U. How i wish jaring Man U bergegar berkali-kali. How i wish Rooney ke Owen, tak dpt gentel but jd monkey kejar bola frm kaki players kita. Oh how i wish, how i wish.

But most of all, how i wish Rio Ferdinand akan tunduk malu, segan-segan minta tukar jersi dr players kita lepas game nanti. Oh how i wish...

p/s: i tak pernah nmpk Rizal pakai baju belang malaysia. Balik2, pakai kemeja short sleeve. Nanti i bg you selai, hehehe.

satu malaysia said...

Rizal

Tulah sebab orang kata, orang Indonesia lebih tinggi tahap kemanuasiaannya dari orang Malaysia.
Orang Malaysia terlalu manja dan khayal dengan keselesaan sehingga hilang punca dan lupa maruah diri.
Kita kutuk ,pijak ,bakar, dan ada yang sanggup terbalikkan bendera kita.
kita tuntut macam macam tapi hampir tidak memberi atau menyumbang.
Disinilah saya malu dengan kelakuan rakyat Malaysia, peminat sukan Malaysia dan ahli sukan Malaysia.
Saya berdoa agar dikalangan mereka yang berusaha, dan cintakan negara, api yang membakar semangat berjuang demi maruah negara bangsa dan negara, akan terus hidaup dan marak untuk selamanya dan semoga api itu juga akan merebak dan menjangkiti sekalian rakyat malaysia.

Haizul Azmi said...

Dear Mr Rizal,

How I wish the Malaysian players would realise what it means to wear the Malaysian jersey. You and I can purchase ours, but to be selected to wear the yellow and black; that's the ultimate honour.

I remember reading that Alf Ramsey physically intervened to stop one of his players from exchanging jerseys with Argentnian players at the World Cup in 1966.If I were the Malaysian coach I'd do the same.*

I pray that our boys play to the best of their abilities and with pride; something I feel is lacking in our sportsmen in general.

I was brought up to believe that when you play to defend and uphold your pride (be it for your rumah sukan, your school, your state or your country), you will never disgrace yourself.

*Further, FIFA has (tried to anyway. hahahah!) banned the act of exchanging jerseys on the pitch. This has more to do with the fact that FIFA rules prohibit the size of sponsor logos on jerseys exceeding 20 square centimeters. (So kalau bukak baju dan tukar, nanti baju dalam yg in vougue sekarang menonjolkan logo yang besar)Sepp Blatter and consumerism is a totally different issue though.

Mister G said...

Fantastic piece Bro.

If only all Malaysian fans can feel the same.

The players all have pride in wearing the National jersey. Its only we fans who have betrayed the National team.

Which player would not die for his country when he steps out to see a sea of yellow and black. Put yourselves in this position and picture the moment.

We fans have to support the National team at all cost and not just kutuk and maki.

Be proud to be a Malaysian.

anti penjajah bola said...

MU datang pun tak serious. Sampai KLIA jam 10. Kul 5 turun traning. Esok petang main. Datng sini saja nak buat duit.

apa untungnya bagi pemain MAlaysia dan peminat sekelian dengan kedatangan MU ini?

Sepatutnya buat klinik bolasepak untuk murid2 sekolah atau klinik jurulatih la...

Anonymous said...

yup , tabik spring buat indonesia, semangat dan jati diri mereka jauh berbanding kita, walau kita serumpun kita seakar, namun indonesia lebih real dan jati. mohon rakyat malaysia ambil perhatian supaya contohi mereka

Anonymous said...

kepada yang sibuk dan bising sangat dengan orang yang sokong dan sorak MU, soraklah semahu mungkin untuk pasukan Malaysia. jangan salahkan orang lain kalau mereka datang dengan baju merah, menyokong pasukan MU. dalam bolasepak Malaysia, nilai pasukan kebangsaan dah hilang. jangan salahkan lagi mereka yang sokong MU sebaliknya salahkan mereka yang memperdagangkan maruah Malaysia kepada MU.
dalam jiwa mereka yang berbaju merah sebenarnya masih ada rasa Malaysia, mungkin di antara kamu tidak nampak dan tidak dengar.